Thursday, April 7, 2011

Notes Pelatihan Bendungan April 2011

Tulisan ini hanya catatan-catatan kecil saya yang belum sempat diolah. Mohon masukan kalau ada kesalahan.
  • Batuan yang tererosi dan terbawa ke laut akan tersortasi dengan baik, sehingga material yang lebih besar akan terendapkan lebih ke tepi sedangkan yang material yang lebih halus akan terendapkan lebih ke tengah laut.
  • Batuan sedimen terbentuk akibat terjadinya proses sementasi (pengikatan oleh kalsit CaCO3, silika SiO2, oksidasi besi (Fe2O3) dan proses litifikasi (proses pemampatan dan pemadatan).
  • Pada kumpulan data yang terdistribusi normal, nilai mean akan sama dengan nilai median.
  • PP Das harus disingkronkan dengan UUD 7 SDA.
  • Konsep Integrated Water Source Management belum tersosialisasi dengan baik, bahkan di forum FHO konsep IWRM belum dikenal. Hal ini disebabkan karena para aktivis IWRM belum banyak muncul ke permukaan.
  • Untuk menghitung curah hujan DAS yang memiliki beberapa stasiun hidrologi, dapat menggunakan beberapa metode yang lazim yaitu metode rata kawasan, metode Thiessen, metode Isohyet
  • Efektifitas grouting 50-70%
  • Timbunan yang sudutnya > 45% rentan retakan akibat penurunan yang tidak merata
  • sebelum dilakukan grouting, dilakukan grouting test untuk mengetahui efektifitasnya
  • modulus young (elastisitas) beton plastis untuk cutoff wall dibuat 10-15 x modulus young tanahnya, untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan yang akan menyebabkan retak-retak pada bendungan.
  • Tekanan yang diberikan saat Grouting pada pondasi tidak boleh lebih besar dari beban overburden agar tidak terjadi hidrolic fracture yang akan memicu terjadinya piping. Grouting juga tidak boleh dilakukan di tubuh bendungan, karena sangat berpotensi menyebabkan retakan.
  • Ketika tubuh urugan bendungan mengalami konsolidasi, akan terjadi gesekan dengan bangunan masif seperti spillway. GEsekan akan menghambat settlement urugan di bidang kontak dengan beton spillway sehingga akan terjadi retak yang disebut Arching. Retakan akibat arching sangat berbahaya karena air bertekanan akan merembes dan menyebabkan piping.
  • Ada 3 teknik yang lazim untuk mencegah terjadinya arching :
    1. Kemiringan beton spillway dibuat landai, agar berat sendiri tanah dapat mendesak ke arah bidang kontak
    2. Dinding beton spillway dibuat rata/licin
    3. Memberi lapisan contact-clay pada dinding spillway
  • Garis muka air freatis adalah titik-titik dimana tekanan air sama dengan tekanan atmosfer
  • Instrumentasi bendungan digunakan untuk verifikasi desain, apakah asumsi desain sama dengan yang terjadi di lapangan.
  • Dam Break Analysis disimulasikan dengan 2 kondisi :
    1. Overtopping
    2. Piping
  • Instrumentasi bendungan perlu dipasang di area weakzone.
  • Instrumentasi piezometer standpipe (pipa tegak) memberi respon yang lambat dibanding piezometer elektrik sehingga tidak dapat memberikan informasi tekanan air pori saat terjadi beban gempa.
  • Disipasi air pori adalah turunnya tegangan air pori
  • Consolidasi sekunder terjadi karena terjadi reposisi butiran-butiran tanah
  • Tanah expansif adalah tanah yang memiliki kembang susut besar, yaitu memiliki nilai IP indeks plastisitas > 50%, sehingga tidak cocok untuk tanah timbunan pada bendungan. Untuk mengurangi sifat ekpansif tanah, dapat dilakukan dengan mencampur kapur atau seme. Bentonite termasuk jenis tanah yang sangat expansive.
  • Batu lempung = shales = berbentuk serpih2 dengan gaya geser rendah
  • Membangun bendungan pada daerah yang terdapat gua dengan formasi KARST didalamnya, sangat rentan kebocoran.
  • Fresh rock tidak sama dengan soundrock
  • Harga pasaran untuk pengeboran inti per 1 titik :
    • lapisan tanah = 150 - 200 rb/m
    • lapisan batu keras = 1 jt/m dengan kecepatan 10-20 cm/hari
  • Uji SPT cocok untuk tanah non-kohesif (pasiran)
    Uji CPT cocok untuk tanah kohesif (lempungan)
  • Piezocone digunakan untuk menghitung cepat rambat air arah horizontal agar dapat menghitung kecepatan konsolidasi lebih tepat.
  • Aliran air dalam tanah sangat lambat sehingga dapat dianggap aliran laminer dan berlaku hukum Darcy : Q = k . i . A
  • Transient Vs Steady
    Kondisi transient adalah kondisi dimana flownet rembesan belum steady
  • Untuk timbunan bendungan urugan, Kh umumny berkisar 4 - 9 Kv. Untuk menghasilkan tanah yang isotropis dimana Kh = Kv, digunakan sheepfoot roller.
  • Tanah kohesif jika dipadatkan dengan vibrator akan menyebabkan kenaikan air pori sehingga akan mengurangi kuat geser. Kepadatan lapangan yang diinginkan adalah 95%, diuji dengan uji proctor.
  • Tanah non-kohesif harus dengan vibrator. Kepadatan yang diinginkan adalah 70-80%, diuji dengan uji getar.
  • Karet bisa menyerap air dan lama-lama akan mengeras dan tidak elastis
  • Baja bisa mengalami erosi karena peristiwa elktromekanikal
  • Agar tidak terjadi korosi pada pintu bendungan, dapat dilakukan dengan :
    1. Pemilihan bahan tidak korosif
    2. Lobang dan celah dilas
    3. Pelapisan dengan cat
    4. Dibuat lubang drainase untuk menghindari genangan
  • Pengecatan pintu bendungan yang belum dibersihkan malah akan mempercepat proses korosi. Metode pembersihan dengan sandblasting (penyemprotan dengan pasir kuarsa atau pasir baja). Setelah selesai sandblasting, dalam waktu < 24 jam, sudah harus diberi lapisan cat dasar.
  • Pengecatan dapat dilakukan dengan udara (menggunakan kompresor) atau tanpa udara.
  • Perbedaan baja vs besi :
    • Besi mengandung karbon lebih banyak sehingga lebih keras tapi getas
    • Baja mengandung karbon lebih sedikit sehingga lebih elastis
  • Katup pengaman pada saluran bottom outlet harus dilengkapi dengan saluran by pass agar tekanan di depan dan belakang katup menjadi seimbang.
  • Pipa bottom outlet harus memiliki ventilasi udara ke permukaan agar tidak terjadi tekanan negatif dan menghindari terjadinya kavitasi.
  • PMF = probable maximum flood
    BMB = banjir maksimum boleh jadi
  • Model test untuk bendungan digunakan hanya untuk mensimulasikan daya tahan hidrolisnya, bukan untuk mensimulasikan kuat struktur karena tidak bisa di-skala-kan.
  • Kolam olak = stilling basin, digunakan untuk meredam energi air sebelum di lepas ke sungai. Kolam olak di desain dengan Q100, sedangkan dinding kolam olak dihitung dengan Q1000 untuk menghindari limpasan.
  • Bangunan spillway = bangunan pelimpah
  • Bangunan intake = bangunan pengeluaran
  • Bendungan Cipanunjan Jawa Barat sangat unik karena tubuh bendungan urugan dari tanah Allusite yang sangat ekspansif, IP 80-100
  • Tanah :
    1. berbutir kasar = < 50% lolos saringan no.200
      • kerikil = < 50% lolos saringan no.4
      • pasir = > 50% lolos saringan no.4
    2. berbutir halus = > 50% lolos saringan no.200
  • Untuk mengetahui C dan Ø tanah kohesif dilakukan dengan uji triaksial, sedangkan untuk tanah non-kohesif dan batu serpih dengan uji direct shear.
  • Parameter tanah residual adalah parameter tanah saat ini yang ada di lapangan pasca-konstruksi.
  • Cv = koefesien konsolidasi
    Cc = koefesien kompresi



No comments:

Post a Comment